Selasa, 31 Mei 2011

Pengertian Pentang Pestisida menurut Meister et al, (1985)


Pengertian yang menarik tentang pestisida dikemukaan oleh Meister et al, (1985) yang menyatakan bahwa pestisida adalah racun ekonomis. Jadi pestisida adalah racun yang mempunyai sifat ekonomis, penggunaan pestisida dapat memberikan keuntungan tetapi juga dapat dapat mengakibatkan kerugian. Penggunaan pestisida secara bijaksana adalah penggunaan pestisida yang memperhatikan
prinsip 5 (lima) tepat, yaitu :
1. Tepat sasaran. Tentukan jenis tanaman dan hama sasaran yang akan dikendalikan, sebaiknya tentukan pula unsur-unsur abiotis dan biotis lainnya. Ini berarti sebelum melakukan aplikasi pestisida, terlebih dahulu harus dilakukan analisis agroekosistem.
2. Tepat jenis. Setelah diketahui hasil analisis agroekosistem, maka dapat ditentukan pula jenis pestisida apa   yang harus digunakan, misalnya untuk hama serangga gunakan insektisida, untuk tikus gunakan rodentisida. Pilihlah pestisida yang paling tepat diantara sekian banyak pilihan. Misalnya, untuk pengendalian hama ulat daun kubis. Berdasarkan rekomendasi dari Komisi Pestisida tersedia + 60 nama dagang insektisida. Jangan menggunakan pestisida tidak berlabel, kecuali pestisida botani racikan sendiri yang dibuat berdasarkan anjuran yang ditetapkan. Sesuaikan pilihan tersebut dengan alat aplikasi yang dimiliki atau akan dimiliki.
3. Tepat waktu. Waktu pengendalian yang paling tepat harus ditentukan berdasarkan:
    Stadium rentan dari hama yang menyerang tanaman, misalnya stadium larva instar I, II, dan III., Kepadatan populasi yang paling tepat untuk dikendalikan, lakukan aplikasi pestisida berdasarkan Ambang Kendali atau Ambang Ekonomi. Kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi pestisida pda
saat hujan, kecepatan angin tinggi, cuaca panas terik. Lakukan pengulangan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
4. Tepat dosis/konsentrasi Gunakan konsentrasi/dosis yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh Komisi Pestisida. Untuk itu bacalah label kemasan pestisida. Jangan melakukan aplikasi pestisida dengan konsentrasi dan dosis yang melebihi atau kurang sesuai dengan anjuran akan dapat menimbulkan dampak negatif.
5. Tepat Cara. Lakukan aplikasi pestisida dengan cara yang sesuai dengan formulasi pestisida dan anjuran yang ditetapkan(Hidayat, 2001).

Pengenalan Fungisida

Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi). Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemik local. Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dan non sistemik, pembagian ini erat hubungannya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad sasarannya.
  1. Fungisida Nonsistemik
    Fungisida nonsistemik tidak dapat diserap dan ditranslokasikan didalam jaringan
    Tanaman. Fungisida nonsistemik hanya membentuk lapisan penghalang di permukaan tanaman (umumnya daun) tempat fungisida disemprotkan. Fungisida ini hanya berfungsi mencegah infeksi cendawan dengan cara menghambat perkecambahan spora atau miselia jamur yang menempel di permukaan tanaman. Karena itu, fungisida kontak berfungsi sebagai protektan dan hanya efektif bila digunakan sebelum tanaman terinfeksi oleh penyakit. Akibatnya, fungisida nonsistemik harus sering diaplikasikan agar tanaman secara terus-menerus terlindungi dari infeksi baru.
  2. Fungisida Sistemik
    Fungisida sistemik diabsorbsi oleh organ-organ tanaman dan ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya melalui pembuluh angkut maupun melalui jalur simplas (melalui dalam sel). Pada umumnya fungisida sistemik ditranslokasikan ke bagian atas (akropetal), yakni dari organ akar ke daun. Beberapa fungisida sistemik juga dapat bergerak ke bawah, yakni dari daun ke akar (basipetal).
    Kelebihan fungisida sistemik antara lain :
    • Bahan aktif langsung menuju ke pusat infeksi didalam jaringan tanaman, sehingga mampu menghambat infeksi cendawan yang sudah menyerang di dalam jaringan tanaman.
    • Fungisida ini dengan cepat diserap oleh jaringan tanaman kemudian didistribusikan ke seluruh bagian tanaman sehingga bahan aktif dan residunya tidak terlalu tergantung pada coverage semprotan, selain itu bahan aktif juga tidak tercuci oleh hujan. Oleh karena itu, aplikasinya tidak perlu terlalu sering.
  3. Fungisida Sistemik Lokal
    Fungisida sistemik local diabsorbsi oleh jaringan tanaman, tetapi tidak ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya. Bahan aktif hanya akan terserap ke sel-sel jaringan yang tidak terlalu dalam dan tidak sampai masuk hingga pembuluh angkut.
Menurut mekanisme kerjanya, fungisida dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
  1. Multisite Inhibitor
    Multisite inhibitor adalah fungisida yang bekerja menghambat beberapa proses metabolisme cendawan. Sifatnya yang multisite inhibitor ini membuat fungisida tersebut tidak mudah menimbulkan resistensi cendawan. Fungisida yang bersifat multisite inhibitor (merusak di banyak proses metabolisme) ini umumnya berspektrum luas. Contoh bahan aktifnya adalah maneb, mankozeb, zineb, probineb, ziram, thiram.
  2. Monosite Inhibitor
    Monosite inhibitor disebut juga sebagai site specific, yaitu fungisida yang bekerja dengan menghambat salah satu proses metabolisme cendawan, misalnya hanya menghambat sintesis protein atau hanya menghambat respirasi. Sifatnya yang hanya bekerja di satu tempat ini (spectrum sempit) menyebabkan mudah timbulnya resistensi candawan. Contoh bahan aktifnya adalah metalaksil, oksadisil, dan benalaksil.

Seaweed Extract Powder ( ALGA 21 ST )

Alga21ST Tinggi Kalium (rumput laut ekstrak bubuk dengan kalium tinggi) Cina tidak paten: 03.112.663,6 karakter Produk: Hitam atau coklat padat (termasuk bubuk dan granular), larut dalam air, PH = 8-10 utama bahan: oligosakarida Rumput Laut:. 8-15%; Organik hal: Spesifikasi Kunci Alga21ST Tinggi Kalium (rumput laut ekstrak bubuk dengan kalium tinggi) Cina tidak paten: 03.112.663,6 karakter Produk:. Hitam atau coklat padat (termasuk bubuk dan granular), ...

Senin, 30 Mei 2011

ANTRAKNOSA ATAU PATEK PADA TANAMAN CABAI

enyakit antraknosa atau patek pada tanaman cabai disebabkan oleh Cendawan Colletotrichum capsici Sydow dan Colletotrichum gloeosporioides Pens, penyakit antraknosa atau patek ini merupakan momok bagi para petani cabai karena bisa menghancurkan panen hingga 20-90 % terutama pada saat musim hujan, cendawan penyebab penyakit antraknosa atau patek ini berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup tinggi yaitu bila lebih dari 80 rH dengan suhu 32 derajat selsius biasanya gejala serangan penyakit antraknosa atau patek pada buah ditandai buah busuk berwarna kuning-coklat seperti terkena sengatan matahari diikuti oleh busuk basah yang terkadang ada jelaganya berwarna hitam. Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan
busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman.
Pengendalian Penyakit Antraknosa atau Patek:
  • Melakukan prendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0.05-0.1%) sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati.
  • Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat pada umur 5 sebelum pindah tanam.
  • Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan pemusnahan, tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan tidak menyentuh) luka pada tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang sehat, dan sebaiknya dilakukan menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan dengan tanaman/buah yang masih sehat.
  • Penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili solanaceae(terong, tomat dll) atau tanaman inang lainnya misal pepaya karena berdasarkan penelitian IPB patogen antraknosa pada pepaya dapat menyerang cabai pada pertanaman.
  • Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi.. Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya.
  • Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa hitam perak sinar matahari dapat dipantukan pada bagian bawah permukaan daun/tanaman sehingga kelembaban tidak begitu tinggi.
  • Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih besar.
  • Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi.
  • Penyiangan / sanitasi gulma atau rumput-rumputan agar kelembaban berkurang dan tanaman semakin sehat.
  • Jangan menanam cabai dekat dengan tanaman cabai yang sudah terkena lebih dahulu oleh antraknosa / patek, ataupun tanaman inang lain yang telah terinfeksi.
  • Pengelolaan drainase yang baik di musim penghujan.
Agen hayati yang sering digunakan dalam pengendalian antraknosa adalah : Actinoplanes, Alcaligenes, Agrobacterium Amorphospongarium, athrobacter dll, dan ini biasanya bisa didapat di balai perlindungan tanaman Deptan. Namun perlu diperhatikan bila kita menggunakan agen hayati sebaiknya kita tidak menggunakan pestisida kimia, karena akan menyebabkan kematian pada agen hayati tersebut

PENGENALAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BURIK KUSAM DAN HAMA KUTU SISIK PADA JERUK (INTRODUCTION AND CONTROLLING DISEASE OF FRUIT FRECKLE AND SCALE INSECT PEST ON CITRUS) PENGENALAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BURIK KUSAM DAN HAMA KUTU SISIK PADA JERUK (INTRODUCTION AND CONTROLLING DISEASE OF FRUIT FRECKLE AND SCALE INSECT PEST ON CITRUS)

Penampilan kulit buah jeruk yang kurang menarik dapat menurunkan kualitas buah saat dipasarkan, penyebabnya adalah penyakit burik kuasm pada kulit buah . Gejala burik kusam didefinisikan sebagai buah yang kulitnya berubah warna sebagian atau semua menjadi coklat, timbul bintil atau tidak, menjadi lebih kasar daribuah normal dan menghambat pertumbuhan buah, biasanya gejala burik menjadi permanen sampai buah tua. Penyakit burik kusam disebabkan oeh patogen penyakit dan hama yaitu Kudis (Spaceloma fawcetti jenkins), Embun Jelaga (Capnodium citri), Embun tepung (Oidium tingitanium Carter) Kanker Jeruk (Xanthomonas axonopodis pv. citri), Tungau karang (Phylocoptruta oleivera Ashmed), Tungau Merah (Panonychus citri McGregor), dan Thrips (Scirtortrips citri). Dapat dikendalikan dengan memahami masing - masing ekobiologinya. Kutu sisik (Scale insect) yang banyak menyerang tanaman jeruk baru disadari tingkat kerugiannya yang cukup besar sehingga masuk sebagai hama utama tanaman jeruk.Spesies yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Lepidosaphes becki, Aonidiella aurantii (Maskell), Icerya purchasi Maskell, yang dapat dikendalikan dengan predator : Coccinellid Orcus chalybeus dan Rhizobius lophanthae, parasitoid Aphyties lepidosaphes,Aphytis milenus dan Coccobius fulvus serta entomopatogen Ashersonia sp,dan Fusarium coccophilum. Simbiosis jamur merah ( Ashersonia sp) sebagai entomopatogen terhadap kutu sisik (Scale insert) meluruskan kesalahan pendapat bahwa jamur merah seolah-olah adalah penyakit yang terjadi di Kabupaten Karo Sumatera Utara, tetapi sebenarnya jamur merah adalah sahabat petani dalam mengandalikan kutu sisik.

Daconil 75 WP ( Bahan Aktive Klorotalonil )

Klorotalonil : 75 %
Fungisida fungistatik untuk mengendalikan penyakit pada tanaman :
  • Bawang merah : Penyakit bercak ungu Alternaria porri; penyakit jamur Peronospora destructor
  • Cabai : Penyakit bercak daun Cercospora sp; penyakit antraknosa Colletotrichum sp
  • Kacang tanah : Penyakit bercak daun Cercospora arachidicola dan C. personata
  • Kelapa : Penyakit bercak daun Fusarium sp; Gloesporium sp, Helminthosporium sp dan Pestalotia sp
  • Kentang : Penyakit busuk daun Phytophthora infestans
  • Pisang : Penyakit sigatoka Mycosphaerella musicola
  • Semangka : Penyakit antraknosa Colletotrichum sp
  • Teh : Penyakit cacar daun Exobasidium vexans
  • Tomat : Penyakit busuk daun Phytophthora infestans
® PT. Exindo Raharja Pratama
Pupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan asal, senyawa, fasa, cara penggunaan, reaksi fisiologi, jumlah dan macam hara yang dikandungnya.
 
Berdasarkan asalnya dibedakan:
1. Pupuk alam ialah pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam tanpa proses yang berarti. Misalnya: pupuk kompos, pupuk kandang, guano, pupuk hijau dan pupuk batuan P.
2. Pupuk buatan ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya: TSP, urea, rustika dan  nitrophoska. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah sumber daya alam melalui proses fisika dan/atau kimia.